Senin, 06 Juni 2011

Bambu Basas (Bahasa dan Sastra)


REVITALISASI MAHIR BAHASA INDONESIA DI INDONESIA
TUGAS KETERAMPILAN BERBICARA

Oleh :
WALIDATUS SHALIHAH MUSTHOFA
PA 2010/102074009

UNIVERSITAS BAHASA DAN SENI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2011

KATA PENGANTAR
Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Revitalisasi Mahir Bahasa Indonesia di Indonesia”.
Makalah ini disusun dalam rangka tugas mata kuliah keterampilan berbicara, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan berkah dalam menyelesaikan karya tulis ini, kepada orang tua yang selalu memberikan dukungan atas terselesainya makalah ini,dosen pengampu yang selalu membimbing, serta dosen penasihat yang telah memberikan literatur pada makalah ini dan teman-teman saya yang telah memilih saya untuk menjadi panelis serta membantu baik secara langsung atau tidak langsung serta semua pihak yang sudah memberikan dorongan.
Mudah-mudahan kebaikan jasa dan amal mereka diterima oleh Allah SWT, dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, amin. Serta mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis memohon maaf karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan banyak kelemahannya. Oleh sebab itu, kiranya bagi penulis hujan kritik dan saran begitu penting  dan dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.


Surabaya, 18 Maret 2011
Penulis,



Walidatus Shalihah Musthofa



Revitalisasi Mahir Bahasa Indonesia di Indonesia
Oleh :
Walidatus Shalihah Musthofa (Universitas Negeri Surabaya) / w4lidatu5_b4g5@yahoo.com

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Pada tahun 2000, jumlah bahasa di dunia adalah 6.809 dengan persentase pembagian (cf. Grimes, 2000).Jumlah sekian ribu itu bisa saya bertambah sebab masih ada bahasa-bahasa yang belum teridentifikasi atau bisa saja menyusut karena terdapat bahasa-bahasa yang punah.Pada tahun 2008, jumlah bahasa di dunia bertambah menjadi 6.912.Dari jumlah itu,Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak dalam hal jumlah bahasa (748 bahasa) setelah Papua New Guinea (820 bahasa).Jumlah sebanyak 748 itu sebagian besar adalah bahasa daerah.
Beberapa bahasa tentu saja pernah diteliti.Adapun penelitian bahasa yang telah dilakukan dan dideskripsikan oleh sebagai berikut (cf.Grimes,2000).Menurut hasil penelitian dalam bentuk diagram,menghasilkan The Pasific (19%), The Americas (15%), Asia (33%), Europe (3%), Africa (30%).
Peringkat
Jumlah bahasa yang diteliti
Uraian
Contoh Bahasa
A
40-50
Diteliti secara memadai dan mendalam,hampir segala seluk beluknya.
Inggris/Jerman
B
600
Diteliti secara memadai dan mendalam,baru sebagian ihwalnya
Indonesia/Tagalong
C
1000
Diteliti kurang mendalam,baru tata bahasa dalam bentuk “sketsa”
Jawa
D
2000-3000
Diteliti kurang memadai,deskripsi sederhana, dan ada daftar kata (belum sampai kamus)


Dari bagan terlihat bahwa bahasa Indonesia masih berada pada peringkat B,dianggap “Diteliti secara memadai dan mendalam,baru sebagian ihwalnya”.Di satu sisi lain, hal itu juga menunjukkan bahwa bahasa yang sudah masuk dalam kategori A lebih berpeluang kecil untuk diteliti kembali, sedangkan bahasa yang masuk dalam kategori B,C, dan D sangat berpeluang untuk diteliti dari segala aspeknya. Sebagai bahasa yang masuk dalam kategori B,peluang untuk melakukan penelitian terhadap bahasa Indonesia masih terbuka lebar.
Peringkat bahasa dengan jumlah penutur terbanyak didunia (cf.http://www.infoplease.com/ipa/A0775272.html; http://www.kyrsstal.com/spoken. html; Ethnologue,13th Edition diunduh 25 Juni 2008) adalah negara Cina (Mandarin) yang perkiraan jumlah penuturnya sebanyak 1.075.000,000, sedangkan Melayu-Indonesia berada pada peringkat 42 dengan perkiraan jumlah penutur 176.000,000.(http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_by_number of_native_speakers; diunduh 4 oktober 2010).
Banyak hal yang sudah dipaparkan, dalam bahasa Indonesia banyak hal yang bisa dipelajari seperti sejarah bahasa Indonesia,penyempurnaan ejaan, senarai kata serapan dan lain-lain.Tentunya untuk menjadi spesialis bahasa Indonesia maka harus mahir dalam bahasa Indonesia yang khususnya mengetahui dan menguasai seluk beluk bahasa Indonesia.Marilah kita paparkan satu persatu tentang bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia
Peristiwa-peristiwa penting

Peristiwa-peritiwa penting dalam dunia bahasa Indonesia yang tentunya sebagai ahli bahasa Indonesia harus mengetahui bahkan menguasai hal ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
  • Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
  • Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
  • Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
  • Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
  • Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
  • Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
  • Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
  • Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
  • Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
  • Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
  • Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
  • Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
  • Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
  • Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
  • Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lain.Yang tidak hanya menyerap dari bahasa asing tetapi juga menyerap dari bahasa daerah yang berasal dari Indonesia sendiri.Ini memberikan dampak yang baik bagi bahasa Indonesia karena menghasilkan dan memiliki kata serapan bahasa Indonesia yang jumlahnya melambung tinggi. Berikut adalah senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia,sebagai berikut :
Asal Bahasa
Jumlah Kata
3.280 kata
1.610 kata
1.495 kata
Sanskerta-Jawa Kuno
677 kata
290 kata
131 kata
83 kata
63 kata
7 kata
Bahasa daerah: Jawa, Sunda, dll.
...
Tata bahasa, bahasa Indonesia
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.
Dialek dan ragam bahasa
Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang disebut sebagai ragam bahasa.
Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut:
  1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
  2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
  3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
  4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak terhad. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.
Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:
  1. ragam undang-undang
  2. ragam jurnalistik
  3. ragam ilmiah
  4. ragam sastra
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:
  1. ragam lisan, terdiri dari:
    1. ragam percakapan
    2. ragam pidato
    3. ragam kuliah
    4. ragam panggung
  2. ragam tulis, terdiri dari:
    1. ragam teknis
    2. ragam undang-undang
    3. ragam catatan
    4. ragam surat-menyurat
Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk:
  1. komunikasi resmi
  2. wacana teknis
  3. pembicaraan di depan khalayak ramai
  4. pembicaraan dengan orang yang dihormati
Selain keempat penggunaan bahasa baku yaitu komunikasi resmi,wacana teknis,pembicaraan didepan khalayak ramai, dan pembicaraan dengan orang yang dihormati, dipakailah ragam bukan baku.







PENUTUPAN
Seluk beluk bahasa Indonesia,sejarah bahasa Indonesia,penelitian tentang peringkat bahasa di dunia khususnya bahasa Indonesia,tata bahasa bahasa Indonesia,peristiwa-peristiwa penting dalam dunia bahasa Indonesia,dialek dan ragam bahasa, dan senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia.Merupakan segelimit kecil tentang cakrawala Indonesia yang tentunya harus dikuasai oleh spesialis bahasa Indonesia.
Dalam hal ini,tentunya hal-hal tersebut tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang spesialis bahasa Indonesia tetapi sebagai warga negara Indonesia yang baik maka hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Indonesia perlu kiranya juga dikuasai oleh bangsa Indonesia tanpa terkecuali dan tentunya harus selalu melestarikan dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia.Semoga di waktu mendatang, peringkat bahasa meningkat dalam cakrawala,kola,dan percaturan dunia.Ini Indonesia bung..!!pakai bahasa Indonesia dong..!!














DAFTAR RUJUKAN
Bahasa pusat.1996. "Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia".Jakarta : Pusat Bahasa
Grimes, Barbara dalam Summer Institute of Linguistics (SIL).2000.”Geographical Linguistics”.http://www.yahoo.com.Diunduh 25 Oktober 2004
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_by_number of_native_speakers; diunduh 4 oktober 2010










Tidak ada komentar:

Posting Komentar